Islam
adalah agama yang memiliki banyak keutamaan yang agung dan membuahkan
hal-hal yang terpuji dan hasil-hasil yang mulia. Di antara keutamaan dan
keindahan Islam adalah:
Islam menghapus seluruh dosa dan kesalahan bagi orang kafir yang masuk Islam.
Dalilnya adalah firman Allah ‘Azza wa Jalla.
قُلْ لِلَّذِينَ كَفَرُوا إِنْ يَنْتَهُوا يُغْفَرْ لَهُمْ مَا قَدْ سَلَفَ وَإِنْ يَعُودُوا فَقَدْ مَضَتْ سُنَّةُ الأوَّلِينَ
“Katakanlah
kepada orang-orang kafir itu, ‘Jika mereka berhenti (dari
kekafiran-nya), niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa mereka yang
telah lalu; dan jika mereka kembali lagi (memerangi Nabi), sungguh akan
berlaku (kepada mereka) sunnah (Allah terhadap) orang-orang terdahulu
(dibinasakan).” [Al-Anfaal: 38]
Shahabat ‘Amr bin al-‘Ash radhiallaahu ‘anhu yang menceritakan kisahnya ketika masuk Islam, beliau radhiallaahu ‘anhu berkata, “Ketika Allah menjadikan Islam dalam hatiku, aku mendatangi Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam, dan aku berkata, ‘Bentangkanlah tanganmu, aku akan berbai’at kepadamu.’ Maka Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam membentangkan tangan kanannya. Dia (‘Amr bin al-‘Ash radhiallaahu ‘anhu) berkata, ‘Maka aku tahan tanganku (tidak menjabat tangan Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam).’ Maka Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam bertanya, ‘Ada apa wahai ‘Amr?’ Dia berkata, ‘Aku ingin me-minta syarat!’ Maka, Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam bertanya, ‘Apakah syaratmu?’ Maka aku berkata, ‘Agar aku diampuni.’ Maka Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam berkata, ‘Apakah engkau belum tahu bahwa sesungguhnya Islam itu
menghapus dosa-dosa yang dilakukan sebelumnya, hijrah itu menghapus
dosa-dosa sebelumnya, dan haji itu menghapus dosa-dosa sebelumnya?’”
Apabila seseorang masuk Islam kemudian baik ke-Islamannya, maka ia tidak disiksa atas perbuatannya pada waktu dia masih kafir, bahkan Allah ‘Azza wa Jalla akan melipatgandakan pahala amal-amal kebaikan yang pernah dilakukannya.
Dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah radhiallaahu ‘anhu, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda (artinya):
“Jika
baik ke-Islaman seseorang di antara kalian, maka setiap kebaikan yang
dilakukannya akan ditulis sepuluh kali lipat sampai tujuh ratus kali
lipat. Adapun keburukan yang dilakukannya akan ditulis satu kali sampai
ia bertemu Allah.” [Islam tetap menghimpun amal kebaikan yang pernah dilakukan seseorang baik ketika masih kafir maupun ketika sudah Islam.
Dari Hakim bin Hizam radhiallaahu ‘anhu,
ia berkata, “Wahai Rasulullah, apakah engkau memandang
perbuatan-perbuatan baik yang aku lakukan sewaktu masa Jahiliyyah
seperti shadaqah, membebaskan budak atau silaturahmi tetap mendapat
pahala?” Maka Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Engkau telah masuk Islam beserta semua kebaikanmu yang dahulu.”
Islam sebagai sebab terhindarnya seseorang dari siksa Neraka.
Diriwayatkan dari Anas radhiallaahu ‘anhu, beliau berkata, “Ada seorang anak Yahudi yang selalu membantu Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam, kemudian ia sakit. Maka, Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam
datang menengoknya, lalu duduk di dekat kepalanya, seraya mengatakan,
‘Masuk Islam-lah!’ Maka anak Yahudi itu melihat ke arah ayahnya yang
berada di sampingnya, maka ayahnya berkata, ‘Taatilah Abul Qasim (Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam).’ Maka anak itu akhirnya masuk Islam. Kemudian Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam
keluar seraya mengatakan, ‘Segala puji hanya milik Allah yang telah
menyelamatkannya dari siksa Neraka.’”
Dalam hadits lain yang berasal dari Shahabat Abu Hurairah radhiallaahu ‘anhu, Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “...Sesungguhnya tidak akan masuk Surga melainkan jiwa muslim
dan sesungguhnya Allah menolong agama ini dengan orang-orang fajir.”
Kemenangan, kesuksesan dan kemuliaan terdapat dalam Islam.
Dari Shahabat ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash radhiallaahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Artinya: Sungguh telah beruntung orang yang masuk Islam, dan
diberi rizki yang cukup dan Allah memberikan sifat qana’ah (merasa
cukup) atas rizki yang ia terima.”
‘Umar bin al-Khaththab radhiallaahu ‘anhu berkata, “Kami adalah suatu kaum yang telah dimuliakan oleh Allah ‘Azza wa Jalla
dengan Islam, maka bila kami mencari kemuliaan dengan selain cara-cara
Islam maka Allah akan menghinakan kami.” [al-Mustadrak: I/62]
Kebaikan seluruhnya terdapat dalam Islam. Tidak ada kebaikan baik di
kalangan orang Arab maupun non Arab, melainkan dengan Islam.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda (artinya):
“Setiap
penghuni rumah baik dari kalangan orang Arab atau orang Ajam (non
Arab), jika Allah menghendaki kepada mereka kebaikan, maka Allah berikan
hidayah kepada mereka untuk masuk ke dalam Islam, kemudian akan terjadi
fitnah-fitnah seolah-olah seperti naungan awan.”
Islam membuahkan berbagai macam kebaikan dan keberkahan di dunia dan akhirat.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda (artinya):
“Sesungguhnya
Allah ‘Azza wa Jalla tidak menzhalimi satu kebaikan pun dari seorang
mukmin, diberi dengannya di dunia dan dibalas dengannya di akhirat.
Adapun orang kafir diberi makan dengan kebaikan yang dilakukannya karena
Allah di dunia, sehingga jika tiba akhirat, kebaikannya tersebut tidak
akan dibalas.”
Suatu amal shalih yang sedikit dapat menjadi amal shalih yang banyak
dengan sebab Islam yang shahih, yaitu tauhid dan ikhlas.
Beramal sedikit saja namun diberikan ganjaran dengan pahala yang melimpah.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari al-Bara’ radhiallaahu ‘anhu, ia berkata, “Seorang laki-laki yang memakai pakaian besi mendatangi Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam
kemudian ia bertanya, ‘Wahai Rasulullah, apakah aku boleh ikut perang
ataukah aku masuk Islam terlebih dahulu?’ Maka, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam
menjawab, ‘Masuk Islamlah terlebih dahulu, baru kemudian ikut
berperang.’ Maka, laki-laki tersebut masuk Islam lalu ikut berperang dan
akhirnya terbunuh (dalam peperangan). Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam
pun bersabda: ‘Laki-laki tersebut beramal sedikit namun diganjar sangat
banyak.’”
Islam membuahkan cahaya bagi penganutnya di dunia dan akhirat.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
أَفَمَنْ شَرَحَ اللَّهُ صَدْرَهُ لِلإسْلامِ فَهُوَ عَلَى نُورٍ مِنْ رَبِّهِ فَوَيْلٌ لِلْقَاسِيَةِ قُلُوبُهُمْ مِنْ ذِكْرِ اللَّهِ أُولَئِكَ فِي ضَلالٍ مُبِينٍ
“Maka
apakah orang-orang yang dibukakan hatinya oleh Allah untuk (menerima)
agama Islam lalu dia mendapat cahaya dari Rabb-nya (sama dengan orang
yang membatu hatinya)? Maka, celakalah mereka yang hatinya telah membatu
untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata.” [Az-Zumar: 22]
Islam menjaga jiwa. Allah ‘Azza wa Jalla
mengharamkan pembunuhan dan penumpahan darah umat Islam.
Islam
memelihara jiwa, oleh karena itu Islam mengharamkan pembunuhan secara
tidak haq (benar), dan hukuman bagi orang yang membunuh jiwa seseorang
secara tidak benar adalah hukuman mati.
Oleh
karena itu, jarang terjadi pembunuhan di negeri yang menerapkan
syari’at Islam. Karena apabila seseorang mengetahui bahwa bila ia
membunuh seseorang akan di-bunuh pula maka ia tidak akan melakukan
pembunuhan, karena hal itu masyarakat hidup dengan penuh rasa aman dari
kejahatan pembunuhan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (artinya):
وَلَكُمْ فِي الْقِصَاصِ حَيَاةٌ يَا أُولِي الألْبَابِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Dan dalam qishash itu ada (jaminan) kehidupan bagimu, wahai orang-orang yang berakal, agar kamu bertaqwa.” [Al-Baqarah: 179]
0 komentar:
Posting Komentar